Sebuah Start-up Dapat Dikatakan Sukses Apabila Mencapai Product-Market-Fit | Satuviral.com

Satu Viral – Sebuah start-up dapat dikatakan sukses apabila mampu mencapai product-market-fit, yakni produk yang ditawarkan telah sesuai dengan permintaan pasar (Prasetiawan & Tricahyono, 2017). Ditemukan penelitian terdahulu terkait faktor-faktor penentu kesuksesan start-up, melalui beberapa start-up yang dinyatakan product-market-fit pada program Indigo PT Telkom Indonesia di antaranya adalah synergy, product, process, management of innovation, communication, culture, experience, information technology, innovation skills, functional skills, dan implementation skill (Prasetiawan & Tricahyono, 2017). Dalam hal ini, peneliti melakukan pembuktian dari 11 faktor tersebut melalui wawancara secara langsung terhadap seorang CEO, Creative Director, dan CTO dari start-up Lapangbola.

1. Synergy

 Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah tim dalam organisasi atau perusahaan untuk mengetahui progress pekerjaan, apalagi Lapangbola memiliki tim yang lokasinya berbeda-beda. Dalam hal ini, Lapangbola selalu berupaya untuk terus melakukan dan memberikan update, dengan cara weekly meeting dari founder dan masing-masing divisi, one and one meeting, serta meeting antar staff, yang telah disesuaikan dengan kebutuhan sehingga founder dan semua tim yang ada di dalam perusahaan dapat mengetahui setiap aspirasinya. Adapun tujuan dari one and one meeting ini untuk meningkatkan kapabilitas masing-masing anggota tim dan adjusting pekerjaan setiap anggota tim karena cara sebuah start-up agar mampu sustainable dengan sumber daya yang minim adalah membuat masing-masing anggota tim harus memiliki kemampuan menangani tugas lebih dari satu dalam satu waktu. Selain itu, Lapangbola juga menyediakan budget khusus untuk pengembangan diri setiap anggota timnya, serta kegiatan sharing yang tidak terikat dengan hal pekerjaan. Terlebih, Lapangbola juga memiliki suatu ukuran kinerja bagi anggota timnya guna dilakukan peninjauan, dengan harapan ke depannya agar masing-masing anggota tim dalam perusahaan dapat melakukan improvement.

 

2. Product

Dalam membuat produk dibutuhkan aspek kemudahan penggunaan produk digital (user experience), kemudahan berinteraksi dengan produk digital (user interface), estetika produk, dan pengalaman bermakna bagi konsumen. Dari hasil wawancara kami, proses tahapan dalam membuat produk hingga layak pada Lapangbola adalah dengan melakukan brainstorming pada tahap awal yang kemudian dari ide tersebut dilakukan validasi pasar, maka dari itu terjadi perubahan yang semula Lapangbola adalah hanya platform penyewaan Lapangbola, tetapi setelah validasi dilakukan berubah menjadi platform data statistik bagi pesepak bola profesional dan amatir. Menurut Devara & Sulistiyawati (2019) produk akan berubah layaknya pasar, maka inovasi diperlukan untuk mengembangkan produk serta validasi dilakukan untuk memahami bahwa inovasi tersebut sesuai dengan keinginan pasar. Validasi yang dilakukan Lapangbola adalah dengan melakukan survei yang didahului oleh observasi pada sebuah pertandingan amatir di Kota Bandung dan hasilnya adalah ternyata Lapangbola sedikit berpengaruh kepada terhadap permainan tersebut kepada klub tertentu. Adapun mengenai standar dari produk sebenarnya masih belum dapat dikatakan bagus, tetapi untuk laman live streaming dari Lapangbola itu sendiri lebih dikatakan bagus dibandingkan pada Landing Page utama dari Lapangbola. Akan tetapi, produk yang menurut Creative Director Lapangbola ini kurang baik, nyatanya produk tersebut masih nyaman untuk digunakan karena terdapat tim Quality Control yang siap untuk mendengar keluhan dari pengguna platform Lapangbola.

Selain mementingkan User Experience, Lapangbola juga terdapat tahapan dalam merancang user interface yang sudah di sesuaikan dengan proses, tim IT akan mengelola terlebih dahulu ulasan yang masuk di dalam survei, lalu kemudian akan mengolah ulasan tersebut menjadi bahan perbaikan user interface, tetapi tidak terdapat satuan waktu dalam mengambil ulasan kepada konsumen dan juga melakukan perbaikan produk, Lapangbola menggunakan metode Agile

 

perihal perbaikan user interface ini. Menurut Tumbelaka, dkk (2019) meminta masukan dari konsumen merupakan hal yang penting guna memperoleh, mengetahui, memahami, dan merespon keinginan dari konsumen karena sesungguhnya konsumen adalah pengguna sehari-hari produk. Adapun penelitian lain menurut Christofer dan Memarista (2019) yang membahas mengenai hubungan kerjasama dengan inovasi menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara konsumen dengan inovasi perusahaan.

Walaupun Lapangbola melihat produk serupa sebagai referensi pembuatan produk, tetapi terdapat ciri khas pada produk dan fitur dari Lapangbola berupa warna hijau lapangan yang menjadi warna utama dari produk tersebut. Selain itu, fitur pembeda Lapangbola adalah adanya data statistik secara real time pada hasil pertandingan.