Bisakah Berkali-Kali Umrah dalam Sekali Safar

Beberapa dari saudara kita yang berasal dari Indonesia, sebab selagi berada di tanah suci, jadinya mereka memakai saat itu untuk umrah berulang kali. Umrah awal yang harus untuk  dirinya. Umrah kedua guna ortunya. Umrah ketiga guna yang yang lain. Seluruhnya mesti saja pasti dikembalikan pada dalil. Tidak mampu kita menciptakan ibadah sendiri. Kalau tidak terdapat dalil, macam apa mungkin dibenarkan.

 

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin ditanya, “Sebagian orang tampak dari negeri yang jauh guna mengerjakan umrah di Makkah. Mereka mengerjakan umrah, kemudian bertahallul. Selanjutnya sesudah itu mereka muncul ke Tan’im, sesudah itu menunaikan umrah kembali. Maksudnya, dalam sekali safar melakukan melakukan beberapa  kali umrah. Bagaimana hukum hal ini?”

Beliau rahimahullah menanggapi, “Barakallahu fiik, perbuatan termasuk amalan yang dibuat-buat (tanpa ada dalil ). Sebab kita mengetahui jika tidak ada yang lebih semangat dalam ibadah dari Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan para sahabat. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana kita tahu bersama saat Fathul Makkah di akhir Ramadhan, beliau berdiam di Makkah selama 19 hari. Kala itu beliau tidak muncul menuju Tan’im guna berihram umrah. seperti itu para tidak menjalankan seperti itu. Oleh karenanya, berkali-kali berumrah serta satu safar terhitung perbuatan yang mengada-ada.” [Liqo’ Al  Bab  Al  Maftuh, 28: 121][1]

 

Dalam lanjutan fatwa itu, beliau rahimahullah berkata, “kalau engkau hendak mendapatkan ganjaran, menjalankan thawaf memutari Ka’bah itu lebih positif untukmu dari saudara pasti muncul ke Tan’im. selanjutnya saya serta tuturkan jika anjuran guna memperbanyak  thowaf tadi  bila bukan pada masa haji. kalau pada masa haji, maka lumayan bagimu dengan thowaf di awal. Berilah peluang pada yang lain guna menjalankan thowaf keliling Ka’bah. akibat kita dapati sendiri jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam beberapa umrahnya tidaklah menjalankan thowaf berulang kali. Beliau  serta tidak keluar menuju  Tan’im guna menjalankan umrah lagi. Ketika  haji wada’ (haji terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang beliau lakukan hanyalah  thowaf manasik yakni thowaf qudum, thowaf ifadhoh serta thowaf wada’. Kita serta menanggapi jika kita masih kalah semangat  dibanding beliau  shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabatnya. Oleh karenanya kami sarankan, jangan mempersusah dirimu sendiri. Cukupkan dengan umrah awal (sekali umrah dalam satu safar). Kalau saudara hendak meninggalkan Makkah, lakukanlah thowaf wada’. Walhamdu lillah.[2]

 

Syaikh Sholih Al Munajjid berkata, “Tidaklah disunnahkan serta tidak pula terhitung petunjuk salaf mengulangi umrah dalam sekali safar baik guna diri sendiri ataupun buat  orang lain. Asalnya, satu umrah dijalani dalam satu safar. Barangsiapa yang bersafar guna umrah, maka  tunaikanlah satu umrah dalam safar itu. Tidak disyari’atkan guna mengulang beberapa umrah dalam sekali safar. Hanya bila seorang keluar dari Makkah untuk bersafar sesudah itu kembali lagi ke Makkah, saat itu baru ia mampu menjalankan umrah yang lain.” [Fatwa Al Islam Sual wal Jawab no. 134276][3]